Kebakaran!
Kebakaran!
“00:18, Terjadi
kebakaran rumah di Kompleks AL Dewa Ruci, Jl. Angin Puyuh Cilincing, saat ini
masih penanganan 12 DPK,” tulis TMC Polda Metro Jaya di akun Twitter-nya,
Selasa (1/1/2013) (news.liputan6.com, Januari 2013).
Ada
yang tahu kejadian ini? Ya, ini merupakan salah satu kejadian yang terjadi di
malam pergantian tahun 2012/2013. Kejadian ini sempat menggegerkan warga Jl.
Angin Puyuh, Cilincing, Jakarta Utara.
Ah
ya, curhat sedikit. Waktu itu saya ada di tempat kejadian. Sebut saja kebetulan,
karena saya melewati malam tahun baru di rumah nenek saya yang hanya berjarak dua
rumah dari rumah yang terbakar. Selain itu, rumah yang terbakar berada di
tengah-tengah gang. Terbayang, dong, ya seperti apa paniknya warga.
Kira-kira
begini kronologinya:
23.40 Warga
sekitar sudah mulai bermain kembang api dan petasan. Waktu itu kami sedang
bersiap-siap untuk doa malam. Akan tetapi, suara petasan dan kembang api besar
yang sangat kencang membuat kami sulit untuk mendengar apa yang kami bicarakan
satu sama lain. Ibaratkan bom saat perang, seperti itu kira-kira kondisi saat
itu.
23.45 Keluarga
besar saya siap memulai doa malam. Tiba-tiba kami dikejutkan oleh tetangga yang
menyuruh kami keluar dari rumah dengan segera karena kebakaran. Saat itu api
baru mulai muncul. Saat itu semua mobil dan motor diinstruksikan untuk
dikeluarkan dari gang tersebut. Semua orang mulai panik. Warga mulai
mengungsikan barang-barang dari rumah mereka.
23.55 Api
sudah membesar. Warga mendobrak rumah yang terbakar (rumah sedang kosong) untuk
mengeluarkan tabung gas. Warga yang berada di barisan rumah yang terbakar sudah
mengungsikan tabung gas keluar dari rumah, mematikan listrik, dan mengunci
pintu rumah. Warga gang lain mulai berdatangan untuk melihat kondisi tersebut.
Pemadam Kebakaran sudah dihubungi.
00.05 Portal
gang sudah ditutup dan dijaga supaya warga gang lain tidak masuk karena banyak
warga yang penasaran ingin melihat langsung di tempat kejadian, tetapi tidak
membantu banyak. Warga masih terus berusaha memadamkan api dengan air.
00.20 Pemadam
kebakaran datang, tetapi tidak bisa mencapai lokasi kejadian karena masyarakat
menghalangi jalan menuju ke tempat kejadian.
00.25 Pemadam
kebakaran mulai memadamkan api.
00.33 Api
mulai padam, tetapi warga masih dilarang untuk kembali ke rumah dan tetap
berada di luar sampai kondisi dinyatakan aman.
00.50 Kondisi
dinyatakan aman dan warga diizinkan kembali ke rumah.
Kejadian
ini tidak memakan korban jiwa, tetapi menghabisi satu rumah tersebut. Penyebab
kejadian ini adalah kembang api besar yang tidak pecah di langit, tetapi malah
jatuh di atap fiber rumah warga.
Pada
saat kejadian berlangsung, ada banyak hal yang mengganggu pikiran saya. Selama
ini bencana yang pernah saya alami hanya gempa bumi dan untuk anggota BDSG
bencana gempa bumi (harusnya) sudah ahli, seperti apa yang harus dilakukan dan
tidak dilakukan. Akan tetapi, kebarakan?
Saat
pertama kali mendengar tetangga meneriaki kami untuk keluar dari rumah (karena
disangka rumah nenek saya yang kena), ada berbagai respon yang kami lakukan.
Papa dan sepupu saya sontak memindahkan mobil masing-masing. Bunda membantu
nenek saya untuk packing singkat,
kemudian pergi ke dapur untuk mengeluarkan tabung gas. Ketiga tante saya juga
langsung packing singkat di kamar
belakang. Saya mengambil emergency bag
saya dan memandang ke-chaos-an rumah
saat itu. Anggota keluarga lainnya langsung keluar dari rumah. Begitu Papa
kembali, beliau langsung mematikan listrik dan mengunci pintu rumah. Setelah
itu, kami hanya bisa menunggu dan pasrah.
Ketika
saya pikir kondisi rumah nenek sudah yang paling chaos, ternyata warga lainnya lebih chaos lagi. Berbagai barang pun sempat tersebar di jalan. Suara
teriakan dan tangisan dimana-mana. Saya ingat salah seorang warga hanya berdiri
di depan rumah dan berteriak “selametin surat-surat berharga aja, Pak, Bu.”
berulang-ulang. Di sisi lain mungkin saking paniknya, sampai ada tetangga yang
malah menggeser mobil mendekati tempat kejadian.
Above all,
yang paling membuat saya “nggak ngerti” itu masyarakat yang datang hanya untuk
sekadar menonton. Lho, bukannya ini berbahaya ya? Kok malah nonton? Belum lagi
ketika diusir karena menghalangi jalan mobil pemadam kebakaran malah cuek bebek
nggak bergerak. Lho? Belum lagi kembang api besar yang tetap menyala di gang
sebelah dan gang lainnya.
Namun,
penanganan kebakaran kali ini bisa dibilang cukup cepat karena api belum sempat
menyebar ke rumah warga lainnya.
Apabila
dianalisis berdasarkan basic disaster
education, kapasitas terhadap
bahaya kebakaran itu masih kurang. Hal ini bisa dilihat dari edukasi masyarakat
dalam menghadapi bahaya kebakaran, seperti apa yang harusnya dilakukan dan
masyarakat malah mendekati lokasi kejadian. Kesiapsiagaan masyarakat pun masih kurang. Hal ini sangat mudah
dilihat dengan bertebarannya barang-barang di jalan (yang mayoritas merupakan
barang elektronik dan pakaian atau sebut saja masih harus packing), tidak adanya masyarakat yang memiliki emergency bag, tidak adanya jalur
evakuasi, kepanikan yang melanda warga, dan rumah yang tidak memiliki APAR.
Selain itu, rumah yang lokasinya berdempetan satu sama lain menyebabkan risiko menjalarnya api dengan cepat pun
semakin tinggi.
Jadi,
apa yang harus dilakukan apabila terjadi bencana, terutama kebakaran?
Ada
3 langkah utama, yaitu sebelum terjadi bencana, saat terjadi bencana, dan
setelah terjadinya bencana (dikutip dari http://www.one-stop-survival-guide.com/fire.html,
Januari 2013).
Sebelum bencana terjadi,
kita harus siap. Persiapan seperti apa yang bisa kita lakukan? Emergency bag merupakan prioritas utama.
Setiap individu sudah sewajarnya memilikinya. Untuk di rumah, keluarga perlu
memiliki APAR (Alat Pemadam Kebakaran) dan tahu bagaimana cara menggunakannya. Peletakan
emergency bag dan APAR pun perlu
diperhatikan. Emergency bag sebaiknya
diletakknya di dekat pintu atau di tempat yang mudah dijangkau, sedangkan APAR
diletakkan di dekat atau di dapur. Untuk pencegahan lebih advance, material saat membangun dan mendesain interior pun perlu
diperhatikan. Keberadaan jalur evakuasi di dalam rumah pun ternyata penting.
Lebih baik lagi apabila kita memiliki dua jalur evakuasi menuju ke luar. Hal
yang penting tetapi sering dilupakan oleh masyarakat adalah NOMOR TELEPON
PEMADAM KEBAKARAN.
Dinas Kebakaran DKI Jaya 371-309 /
374-766
(http://portal.cbn.net.id/userfiles/html/emergencynumber/,
Januari 2013).
Dinas Pencegahan dan Penanggulangan
Kebakaran Kota Bandung 113 – (022) 7207113
(http://www.bandung.go.id/?fa=infokota.detail&id=21,
Januari 2013).
Saat terjadi bencana,
yang utama adalah tidak boleh panik serta segera menjauhi sumber api. Segera
ambil emergency bag, keluar dari
rumah, matikan listrik dari sumbernya, dan hubungi Dinas Kebakaran untuk
penanganan lebih lanjut. Jangan kembali ke rumah sebelum ada instruksi resmi.
Setelah terjadi
kebakaran, jangan segera kembali ke rumah sampai ada
instruksi resmi dari petugas. Untuk hal selanjutnya, tunggu instruksi lebih
lanjut dari petugas.
Dari
kejadian ini, saya melihat arti penting emergency
bag. Bayangkan kalau api menjalar dengan cepat. Apa yang bisa saya bawa
dalam waktu sangat singkat, tetapi bisa menjaga saya tetap bertahan hidup dalam
waktu tertentu? Bukannya mau menakut-nakuti, tetapi tidak ada salahnya kita
mempersiapkan untuk hal yang terburuk, bukan?
Kebakaran
merupakan salah satu bencana yang sering terjadi di masyarakat kita, tetapi
pencegahan dan penanganannya masih belum disosialisasikan secara maksimal. Untuk
itu, kita perlu melakukan sosialisasi mengenai bencana kebarakan secara lebih
detail kepada masyarakat.
Comments
Post a Comment