BDSG TERLIBAT SEBAGAI PANELIST DALAM WORKSHOP GENERASI SIAGA SIAGA BENCANA DI SMA AVICENNA, DEPOK, INDONESIA
Pada hari Jumat 8 Februari
2013 lalu, beberapa relawan dari BDSG (Mizan, Fia, dan Ita) diundang dan
menghadiri “Workshop Generasi Siap Siaga Bencana” yang bertajuk ‘menghasilkan generasi siap siaga
bencana’ yang dilaksanakan dan bertempat di SMP-SMA Avicenna Cinere, Depok.
Hadir pula sebagai panelist di acara tersebut adalah Bapak Imron dari PMI
(Palang Merah Indonesia) Kota Depok dan Ibu Asri Wijayanti dari AHA-Center
kantor ASEAN. Acara diawali dengan pembukaan dari pihak Avicenna serta
pertunjukan musik dan tari saman dari para siswa SMA Avicenna. Setelah itu,
diskusi panel pun dimulai dengan pemaparan dari perwakilan PMI Kota Depok yang
bertajuk “Peran PMI dalam penanggulangan bencana”. Pada giliran kedua,
perwakilan AHA Center menjelaskan konsep dasar dari mitigasi bencana, termasuk
klarifikasi terminologi dasar dalam manajemen bencana seperti bahaya,
kerentanan, kapasitas, dan lain sebagainya.
Sebagai panelist terakhir, dalam tempo sekitar
30 menit, BDSG mengangkat judul presentasi ‘peran dan usaha siswa dalam
pengurangan risiko bencana’ yang berisi informasi, lembar-kerja, serta kegiatan
interaktif berupa pengenalan dan latihan ‘bosai
duck (bebek siaga)’. Paparan
diawali dengan meningat kembali risiko yang ada di Indonesia serta klarifikasi
singkat konsep risiko bencana. Setelah itu, para siswa diperkenalkan dengan
Tilly Smith, seorang pelajar yang berusia 10 tahun pada saat Tsunami Aceh 2004.
Tilly Smith yang pada saat itu berlibur di Thailand bersama keluarganya, karena
ingat akan pelajaran di sekolah, memberikan peringatan kepada para turis bahwa
tsunami akan datang dan akhirnya menyelamatkan ratusan nyawa. Hal ini sebagai
simbol bahwa walaupun masih berstatus sebagai pelajar (di tingkat SMP maupun
SMA), mereka dapat mengambil peran untuk mengurangi risiko bencana.
Lebih lanjut, para
peserta kemudian diperkenalkan dengan konsep yang menyeluruh mengenai
alternatif peran dan usaha siswa dalam pengurangan risiko bencana[1].
Dalam konsep tersebut, terdapat tiga tujuan yang menjadi kategori peran dan
usaha siswa, yakni: Tujuan 1) peran dan usaha
siswa untuk menyelamatkan diri sendiri pada saat bencana, misalnya
dengan mengenali bahaya di sekitarnya, mempersiapkan diri (membuat tas darurat,
ikut pelatihan), serta merencanakan evakuasi; Tujuan 2) peran dan usaha siswa
untuk dapat berkontribusi pada saat tanggap bencana dengan prinsip pertama
‘selamatkan orang lain setelah diri sendiri’ dan kedua ‘bantu orang lain
setelah aman dari bencana’, keduanya dapat dilakukan baik ketika berada di
lokasi bencana maupun bukan; Tujuan 3) peran dan usaha siswa untuk terlibat
bersama masyarakat dalam pengurangan risiko, misalnya dengan ikut dan aktif
berorganisasi di lingkungan sekolah atau rumah, berani mengekspresikan rasa
tidak aman, serta berjejaring dengan professional di bidang manajemen bencana.
Sebagai contoh konkrit
dari peran dan usaha yang mungkin dilakukan, paparan BDSG dilanjutkan dengan
memperkenalkan contoh tindakan serta beberapa lembar kerja; yakni pengenalan
terhadap tas darurat, pentingnya membuat rute evakuasi dan school-watching, memasak pada saat darurat, penggunaan alat pemadam
kebakaran, serta pentingnya tahu-dan-berlatih respon. Khusus untuk yang
terakhir, paparan dilanjutkan dengan peragaan dan latihan ‘bosai duck atau bebek siaga’.
Bosai duck atau bebek siaga ini merupakan edugames (permainan yang mengandung nilai edukasi) yang mengajarkan
siswa mengenai bencana dan gerakan respon cepat yang dapat dilakukan. Dalam
bermain, para siswa diajarkan beberapa bencana dan responnya seperti gempa
bumi, kebakaran dan banjir. Pada respon gempa bumi, hal yang ditekankan kepada
siswa adalah perlindungan kepala untuk menghindari puing atau reruntuhan benda
yang berjatuhan, baik dengan melindungi dengan tas, tangan maupun berlindung
dibawah meja atau kursi. Kemudian respon untuk kebakaran adalah dengan menutup
mulut dan hidung agar sang korban tidak menghirup gas beracun yang berasal dari
kebakaran. Gerakan yang terakhir adalah respon terhadap banjir, yaitu dengan
menggunakan jas hujan dan alas kaki untuk menghindari dari kuman dan bakteri
serta benda-benda yang tidak terlihat dan dapat melukai kaki. Saat bermain
bebek siaga ini, memang masih terlihat siswa yang kurang antusias dan malu-malu
dalam mempraktikan gerakannya, karena kurangnya ruang gerak bagi siswa. Akan
tetapi, setidaknya dengan memperkenalkan permainan bebek siaga ini, para siswa
dapat semakin peka dan sadar mengenai cara-cara merespon bencana dan diharapkan
dapat mengajarkan kepada teman-temannya yang lain.
Pada
akhirnya, paparan dari BDSG diakhiri dengan memotivasi kembali para siswa untuk
berani mencoba berbuat sesuatu untuk pengurangan risiko bencana. Lebih lanjut,
para siswa juga diingatkan akan potensi yang sudah ada untuk melakukan hal
tersebut; misalnya memanfaatkan OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), kegiatan
ekstrakurikuler, dan sebagainya serta pentingnya berhubungan dengan
professional di bidang kebencanaan. Paparan lengkap BDSG pada acara di SMP-SMA
Avicenna tersebut dapat dilihat di sini
ReplyDeleteSalam. Izin promosi ya gan. Terima kasih
OKEYPROFITS meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Daftar Disini
Atau Copy Paste URL ini
http://okeyprofits.com/register.php?ref=wijayaprofit
Referensi
APLIKASI
Gabung jadi referral saya. Bonus 20% untuk anda.
Masuk 1 Juta menjadi Rp. 1.200.000
UPLINE
0812 6996 2117